Skip to content
EL PUBLISHER

EL PUBLISHER

Penerbit Buku dan Layanan Publikasi

HAMBATAN DAN SOLUSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH/MADRASAH

Posted on Juli 26, 2023 By Elpublisher Tak ada komentar pada HAMBATAN DAN SOLUSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH/MADRASAH

Nama : Dr. H. Zainal Ilmi, S.Ag.,M.Pd.I., C.M.H
Jenis : Buku referensi (penelitian)

Ilmi Zainal, 2021, Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah/Madrasah, Banjarmasin: EL PUBLISHER.

SINOPSIS
Di abad ke 21 ini, ada empat hal yang tidak berubah dan perlu kita cermati. Pertama, perubahan itu sendiri. Kedua, hukum alam, seperti gravitasi yang bersifat (universal) dan hukum win-win (sama-sama menang), sebab seseorang tidak ada yang mau mengalami kekalahan. Ketiga, pilihan (choice), misalnya dalam bentuk strategi, taktik, proses bisnis, dan lain sebagainya. Keempat, karakter. Berbeda halnya dengan kompetisi yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Karakter yang dituntut dari setiap orang tidak mengalami perubahan. Adapun dampak hambatan implementasi pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Pengaruh Negatif Televisi
Televisi sudah menjadi keburuhan utama keluarga. Anak-anak menjadikan televisi sebagai menu utama kegiatan sehari-hari, apalagi ketika libur sekolah. Akhirnya, pengaruh televisi menghujam kuat pada diri anak didik. Orang-orang yang mempunyai uang melengkapi fasilitas televisi dengan parabola sehingga bisa mengakses seluruh stasiun televisi luar negeri. Mereka tidak menyadari bahwa semakin luas jangkauan televisi, semakin berbahaya pula dampaknya bagi anak, karena mereka semakin luas dan bebas jangkauan mereka. Sebagaimana kita ketahui bersama, program televisi yang bersifat edukatif (mendidik) jumlahnya sangat terbatas. Kebanyakan program yang ditampilkan di televisi adalah rekreatif dan refreshing, yang cenderung menampilkan pornografi dan pornoaksi. Tentu, realitas ini membahayakan terhadap karakter anak-anak. Sebab, secara psikologis, mereka masih dalam tahap imitasi; meniru sesuatu yang dilihat, direkam, dan didengar. Sehingga dengan mudah, mereka menjadikan tontonan sebagai tuntunan.
Mereka lebih percaya terhadap televisi daripada guru, orang tua, dan masyarakat. Ketika jumlah anak semacam ini semakin banyak mereka akan menciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif bagi tumbuhnya budaya pop yang ditampilkan di televisi. Ucapan, cara berpakaian, dan sikap yang ditunjukkan akan tercerabut dari akar budaya lokal yang selama ini menjadi pegangan masyarakat.
2. Pergaulan Bebas
Sekarang ini, pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan. Mereka berkumpul untuk beraktualisasi dan menemukan satu hati dalam berekspresi. Dalam ilmu psikologi sosial, ketika seseorang berkumpul bersama yang lain, eksperesi yang ditampilkan tidak mesti mencerminkan sesuatu yang ada dalam batinnya. Perilaku kelompok sangat cepat menyebar dengan gerakan refleks. Mereka merespons stimulus dengan cepat tanpa mempertimbangkan resiko yang akan terjadi. Perilaku sosial yang sulit dicegah membutuhkan kekuatan otoritatif, seperti aparat kepolisian dan sejenisnya.
Kaum agamawan dan aktivis berperan untuk merancang program besar dalam menciptakan lingkungan sosial, khususnya pergaulan bebas yang islami, bernilai pengetahuan, moral, spiritual, dan berdimensi sosial budaya yang bermanfaat bagi perkembangan karakter, kepribadian, dan cita-citanya di masa depan. Lingkungan semacam ini membutuhkan rekayasa sosial (social engineering) yang canggih, aplikatif, dan efektif.
3. Internet
Internet saat ini menjadi kebutuhan utama para kaum profesional. Kaum pelajar tidak mau ketinggalan memanfaatkan teknologi super canggih tersebut. Dengan internet, seseorang bisa mengakses seluruh informasi yang ada di dunia. Dengan menguasai bahasa asing, seseorang akan melihat dunia tanpa batas. Konsumerisme membutakan mata para praktisi bisnis internet untuk terus memproduksi hal porno karena keuntungan yang diraih melenakan dan menggiurkan semua pihak. Sulit bagi kita sekarang untuk menutup internet. Sebab, internet sudah menjadi kecenderungan global dan kebutuhan utama di berbagai instansi pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan nasional dan internasional, serta di baerbagai lembaga swasta lainnya.
Maka jalan terbaik adalah membekali pemahaman holistik dan komprehensif kepada anak didik untuk selektif dalam membuka situs dan menekan pihak internet untuk menutup situs porno yang merusak moralitas generasi masa depan bangsa. Lembaga pendidikan yang memanfaatkan teknologi internet, khususnya yang sudah menyediakan layanan hot spot area untuk menutup situs porno dan menyiapkan berbagai situs pendidikan dalam dan luar negeri yang bermanfaat untuk memperluas horizon pemikiran dan mencerahkan wawasan ke depan.
4. Tempat Karaoke
Karaoke adalah fenomena dunia modem. Di tempat ini, disediakan berbagai macam fasilitas, baik itu pilihan lagu yang menarik, makanan dan minuman yang mewah, dan salah satunya adalah nyanyian yang menampilkan pemandu lagu/artis.
Menurut wawancara dengan berbagai kalangan, “tempat karaoke itu terdiri atas tingkat dan level yang akan diburu oleh penikmatnya”. Tetapi, bagi pengamat dan pemerhati modernitas, hal ini dianggap wajar. Liberalisasi seksual menjadi salah satu indikatornya. Untuk melakukan gerakan preventif dalam rangka membendung dampak negatif karaoke ini, yang paling berperan dan ditunggu-tunggu masyarakat adalah pemerintah.
5. Tempat Wisata
Tempat-tempat pariwisata, khusunya pantai, banyak menjadi pilihan manusia dalam melewatkan hari istirahat atau kepenatan kerja mereka. Turis asing biasanya berpakaian seksi, mereka memperlihatkan kepada bangsa ini bahwa kebebasan seksual adalah kenikmatan dunia yang harus dirasakan.
Mereka menjadikan kehidupan dunia laksana surga dengan memperturutkan segala keinginan. Agama, bagi mereka, merupakan urusan privat yang tidak boleh mengatur kehidupan sosial yang liberal, hedonis, dan konsumeris. Inilah yang menyerang mentalias remaja kita sehingga virus liberalitas seksual menghinggapi mereka. Sebagaian dari mereka berubah orientasi dan visinya dalam menjalani hidup dan membangun cita-citanya. Jalan terbaik adalah mendesain tempat wisata yang islami, yang tetap menghargai nilai etika dan moral yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa. Ini membutuhkan miliuner muslim yang peduli pada pembumian nilai-nilai Islam dalam konteks dunia modem yang serba bebas. Adapun juga, hambatan yang terjadi pada seorang guru pengajar memberikan dampak yang negatif, karena pada dasarnya guru menjadi prioritas untuk menambah kompetensinya menyesuaikan abad ke-21 ini. Tentu, menjadi guru tidak mudah dan harus memiliki kompentensi yang mumpuni. Selain itu, sekolah sebagai tempat dan fasilitas menampung untuk siswa menuntut ilmu. Implikasi pendidikan karakter tersebut juga meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengungukur ketercapaiannya.
2) Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang sesuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dan penilaiannya.
3) Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.
4) Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pengampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
5) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang dipegangnya.
6) Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.

B. Solusi Pendidikan Karakter
Solusi dari Masalah tentang Pendidikan Karakter diantaranya adanya Integrasi dengan Pelajaran lain melalui Rencana Pelaksanaan Pendidikan.
Pengintegrasian RPP dengan Pendidikan Karakter, UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembanagkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkmbangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat ,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin mengandung tiga unsur pokok yaitu, mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yaitu individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat. Sedangkan pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan generasi penerus yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik dalam pengetahuan, perasaan dan tindakan Karena pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk karakter peserta didik maka pendidikan karakter telah diitegrasikan ke dalam kurikulum di sekolah.
Pengembangan pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam membentuk sumber daya manusia berkualitas. Dalam internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter diperlukan pembiasaan diri untuk menanamkannya ke dalam hati sehingga tumbuh dari dalam. Nilai-nilai ini dapat diintegrasikan dan diinternalisasikan ke dalam seluruh kegiatan sekolah baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Dalam penyusunannya dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada meliputi:
1. Revisi Rumusan Tujuan Pembelajaran
a) Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik tetapi juga karakter.
b) bisa ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter.
2. Revisi Metode Pembelajaran
a) Metode pembelajaran diubah agar metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan juga mengembangkan karakter.
b) Langkah-langkah pembelajaran pun perlu direvisi, kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup) perlu direvisi atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter.

3. Revisi Penilaian
Revisi pada bagian penilaian dilakukan dengan cara mengubah atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter.
Diantara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter observasi, penilaian antarteman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya:
a) BT (Belum Terrlihat), nilai ini diberikan apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator.
b) MT (Mulai Terlihat), nilai ini diberikan apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten.
c) MB (Mulai Berkembang), nilai ini diberikan apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda-tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten.
d) MK (Membudaya), nilai ini diberikan apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku/ karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten.
4. Revisi/Adaptasi Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai juga dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.
Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti (pendidikan karakter), terutama melalui dua mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:
1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.
2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan peserta didik.
3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).
Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang paling penting dan langsung bersentuhan dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua mata pelajaran di sekolah sekarang menjadi salah satu model yang banyak diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter (character educator). Semua mata pelajaran juga diasumsikan memiliki misi dalam membentuk karakter mulia para peserta didik (Mulyasa, 2011: 59)
Di samping model ini, ada juga model lain dalam pendidikan karakter di sekolah, seperti model subject matter dalam bentuk mata pelajaran sendiri, yakni menjadikan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri sehingga memerlukan adanya rumusan tersendiri mengenai standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, silabus, RPP, bahan ajar, strategi pembelajaran, dan penilaiannya di sekolah.
Model ini tidaklah gampang dan akan menambah beban peserta didik yang sudah diberi sekian banyak mata pelajaran. Karena itulah, model integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran dinilai lebih efektif dan efisien dibanding dengan model subject matter. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Tahap-tahap ini akan diuraikan lebih detail berikut ini.
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang mula-mula dilakukan adalah analisis SK/KD, pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter, dan penyiapan bahan ajar berkarakter. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Guru dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan dalam proses pembelajaran.
Secara praktis pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan sebelumnya dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar atau di kolom silabus yang paling kanan. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang dengan penyesuaian terhadap karakter yang hendak dikembangkan. Metode menjadi sangat urgen di sini, karena akan menentukan nilai-nilai karakter apa yang akan ditargetkan dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran juga dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Revisi RPP dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga afektif (karakter), dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter.
b. Pendekatan/metode pembelajaran diubah (disesuaikan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter.
Langkah-langkah pembelajaran juga direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning), dan pembelajaran aktif (misal: PAIKEM/Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) cukup efektif untuk mengembangkan karakter peserta didik. Bagian penilaian direvisi.
Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, Penilaian kinerja, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai karakter sebaiknya tidak dinyatakan secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif, misalnya:
a) BT: Belum Terlihat,apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator.
b) MT: Mulai Terlihat,apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam- dalam indikator tetapi belum konsisten.
c) MB: Mulai Berkembang,apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten.
d) MK: Menjadi Kebiasaan atau membudaya, apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).
Bahan ajar disiapkan. Bahan ajar yang biasanya diambil dari buku ajar (buku teks) perlu disiapkan dengan merevisi atau menambah nilai-nilai karakter ke dalam pembahasan materi yang ada di dalamnya. Buku-buku yang ada selama ini meskipun telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan buku ajar yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika, akan tetapi materinya masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.
Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan embelajaran dengan berpatokan pada kegiatan kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansipembelajarannya.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai karakter pada peserta didik. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
Dalam pembelajaran ini guru harus merancang langkah-langkah pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik aktif dalam proses mulai dari pendahuluan, inti, hingga penutup. Guru dituntut untuk menguasai berbagai metode, model, atau strategi pembelajaran aktif sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mudah disusun dan dapat dipraktikkan dengan baik dan benar. Dengan proses seperti ini guru juga bisa melakukan pengamatan sekaligus melakukan evaluasi (penilaian) terhadap proses yang terjadi, terutama terhadap karakter peserta didiknya.
3) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang sangat pen-ting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter, penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilian yang dilakukan guru bisa benar dan objektif, guru harus memahami prinsip-prinsip penilaian yang benar sesuai dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan oleh para ahli penilaian.
Pemerintah (Kemdiknas/Kemdikbud) sudah menetapkan Standar Penilaian Pendidikan yang dapat dipedomani oleh guru dalam melakukan penilaian di sekolah, yakni Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam standar ini banyak teknik dan bentuk penilaian yang ditawarkan untuk melakukan penilaian, termauk dalam penilaian karakter. Dalam penilaian karakter, guru hendaknya membuat instrumen penilaian yang dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk menghindari penilaian yang subjektif, baik dalam bentuk instrumen penilaian pengamatan (lembar pengamatan) maupun instrumen penilaian skala sikap (misalnya skala Likert).
Kemudian solusi lain agar anak lebih baik dalam hal pendidikan karakter, diantaranya adalah:
a) Menyeleksi program-program televisi yang edukatif dan senantiasa mengawasi anak dalam menonton tayangan televisi. Jadi peran orang tua sangat besar dalam hal ini. Pemerintah harus membuat dan menerapkan regulasi untuk menyeleksi tayangan televisi. Jika ada pihak yang melanggar maka harus di beri sanksi tegas. Monitoring dari pemerintah menjaga generasi masa depan.
b) Kaum agamawan dan aktivis berperan untuk merancang program besar dalam menciptakan lingkungan sosial, khususnya pergaulan bebas yang islami, bernilai pengetahuan, moral, spiritual, dan berdimensi sosial budaya yang bermanfaat bagi perkembangan karakter, kepribadian, dan cita-citanya di masa depan.
c) Membekali pemahaman holistik dan komprehensif kepada anak didik untuk selektif dalam membuka situs dan menekan pihak internet untuk menutup situs porno yang merusak moralitas generasi masa depan bangsa. Lembaga pendidikan yang memanfaatkan teknologi internet, khususnya yang sudah menyediakan layanan hot spot area untuk menutup situs porno dan menyiapakan berbagai situs pendidikan dalam dan luar negeri yang bermanfaat untuk memperluas horizon pemikiran dan mencerahkan wawasan ke depan.
d) Untuk melakukan gerakan preventif dalam rangka membendung dampak negatif karaoke ini, yang paling berperan dan ditunggu-tunggu masyarakat adalah pemerintah. Pemerintah menutup tempat karaoke yang menghancurkan moralitas generasi muda.
e) Mendesain tempat wisata yang islami, yang tetap menghargai nilai etika dan moral yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa.
f) Pendidikan karakter harus terus digalakkan di sekolah, rumah, masyarakat, didunia usaha, dan lain sebagainya, dan aksi pemerintah dalam menjaga moralitas, mentalitas dan jiwa anak bangsa.
Berikut Solusi agar anak lebih baik dalam hal pendidikan karakter, diantaranya adalah:
1. Menyeleksi program-program televisi yang edukatif dan senantiasa mengawasi anak dalam menonton tayangan televisi. Jadi peran orang tua sangat besar dalam hal ini. Pemerintah harus membuat dan menerapkan regulasi untuk menyeleksi tayangan televisi. Jika ada pihak yang melanggar maka harus di beri sanksi tegas. Monitoring dari pemerintah menjaga generasi masa depan.
2. Kaum agamawan dan aktivis berperan untuk merancang program besar dalam menciptakan lingkungan sosial, khususnya pergaulan bebas yang islami, bernilai pengetahuan, moral, spiritual, dan berdimensi sosial budaya yang bermanfaat bagi perkembangan karakter, kepribadian, dan cita-citanya di masa depan.
3. Membekali pemahaman holistik dan komprehensif kepada anak didik untuk selektif dalam membuka situs dan menekan pihak internet untuk menutup situs porno yang merusak moralitas generasi masa depan bangsa. Lembaga pendidikan yang memanfaatkan teknologi internet, khususnya yang sudah menyediakan layanan hot spot area untuk menutup situs porno dan menyiapkan berbagai situs pendidikan dalam dan luar negeri yang bermanfaat untuk memperluas horizon pe mikiran dan mencerahkan wawasan ke depan.
4. Untuk melakukan gerakan preventif dalam rangka membendung dampak negatif karaoke ini, yang paling berperan dan ditunggu-tunggu masyarakat adalah pemerintah. Pemerintah menutup tempat karaoke yang menghancurkan moralitas generasi muda.
5. Mendesain tempat wisata yang islami, yang tetap menghargai nilai etika dan moral yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa.
6. Pendidikan karakter harus terus digalakkan disekolah, rumah, masyarakat, didunia usaha, dan lain sebagainya, dan aksi pemerintah dalam menjaga moralitas, mentalitas dan jiwa anak bangsa.

Tujuan di buatnya buku ini, untuk memberikan pemahaman dalam pendidikan karakter di Sekolah/ Madrasah, dimana pendidikan karakter sangat penting untuk mencapai visi bangsa Indonesia maju.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulisan buku ini, kepada penulis yang memberikan refrensi lebih untuk menulis buku ini, juga kepada tim El publisher Banjarmasin yang membantu penerbitan buku ini.

Pembahasan dalam buku ini terdiri dari :
Konsep dasar manajemen pendidikan karakter
Pendidikan karakter di sekolah/madrasah
Hambatan dan solusi pendidikan karakter
strategi pendidikan karakter
kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter
manajemen sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
teknologi informasi dalam pendidikan karakter di sekolah/madrasah

MANAJEMEN

Navigasi pos

Previous Post: PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Next Post: METODE PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF & MIX (CAMPURAN)

Buku Terbaru

PENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH DAN MASYARAKAT MANAJEMEN
KOMITMEN DAN KINERJA ORGANISASI LEGISLATIF Ekonomi
TATA KELOLA PEMERINTAHAN Ekonomi
ANALITIKA BISNIS Ekonomi
MEMBANGUN KOMITMEN DAN KINERJA PEMERINTAHAN Ekonomi
SIGNIFIKANSI KOMITMEN DAN KINERJA PARLEMEN INDONESIA Ekonomi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Archives

  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Desember 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022

Categories

  • Ekonomi
  • Hukum
  • MANAJEMEN
  • MANAJEMEN
  • manajemen keuangan
  • Manajemen Pendidikan
  • Metode Penelitian
  • Pendidikan
  • Pendidikan Agama Islam
  • Pendidikan Agama Islam
  • Politik
  • PSIKOLOGI
  • SEKOLAH INKLUSI
  • sosial
  • SOSIAL BUDAYA
  • SOSIAL BUDAYA
  • TEKNIK
  • TEKNIK
  • Uncategorized

Recent Posts

  • MANAJEMEN PEMBELAJARAN ERA MODERN
  • PROBLEMATIKA DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN
  • MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS DATA GEOSPASIAL
  • PERENCANAAN PENDIDIKAN BERBASIS DATA GEOSPASIAL
  • FESTIVAL LAMPION

Recent Comments

  1. Eric Jones mengenai PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI CALON GURU SD/MI BERWAWASAN LITERASI BARU DI PERGURUAN TINGGI
  2. MarthaTropy mengenai KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI BILAH LABUHANBATU
  3. Eric Jones mengenai PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI CALON GURU SD/MI BERWAWASAN LITERASI BARU DI PERGURUAN TINGGI
  4. Arnette Allison mengenai KOMPARASI DAN HUBUNGAN HUKUM OTONOMI DAERAH DENGAN HUKUM PERTAMBANGAN BATUBARA
  5. Eric Jones mengenai PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI CALON GURU SD/MI BERWAWASAN LITERASI BARU DI PERGURUAN TINGGI

Copyright © 2025 EL PUBLISHER.

Powered by PressBook Grid Blogs theme