Penulis : Dr. H. Zainal Ilmi, S.Ag.,M.Pd.I., C.M.H
Editor : Muhammad Noor Ilmi
Desain Cover : Ammar dan Padlianor
Layout : Usman Jayadi
Jumlah halaman : 165
Terbit : 2022
Sumber Penulisan:
Ilmi Zainal, 2022, Manajemen Pendidikan Karakter Akhlak
Mulia Di Sekolah Menengah Atas (SMA), Banjarmasin: EL
PUBLISHER
SINOPSIS
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anakanak didik dalam berpikir bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri. Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan Sumber Daya Manusia yang benar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya 2 yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM yang berkualitas serta hubungannya dengan pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah seberapa tinggi nilai yang sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur
dengan angka-angka, sehingga tidak mengherankan apabila dalam rangka mengejar target yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan terkadang melakukan kecurangan dan manipulasi. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan
karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosialemosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menentukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut
dari sisi karakternya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya Cita-cita bangsa Indonesia adalah menjadi negara
besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Setelah Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya dipenuhi, meskipun kita sadari telah terjadi kemajuan dan capaian yang telah di raih di bidang politik, keamanan,
ekonomi, dan kesejahteraan rakyat. Namun kita harus tetap sadar dan lebih meningkatkan kemauan dan kemampuan kita karena ke depan masih banyak persoalan dan tantangan bahkan lebih kompleks yang harus diselesaikan. Untuk itu kita perlu membangun pemuda Indonesia menjadi generasi emas yang mampu membawa Indonesia menuju puncak kejayaannya.
Untuk menciptakan generasi emas menuju indonesia 2045 tentunya tidak bisa lepas dari peran seluruh masyarakat, teutama peran pemuda – pemudi Indonesia karena di masa mendatang, yang akan membangun indonesia adalah pemuda – pemudinya saat ini. Namun permasalahannya adalah pemuda saat ini terlalu di perbudak oleh budaya asing yang kurang sesuai dengan budaya Indonesia, yang dampaknya membuat generasi
muda saat ini malas untuk berkarya dan juga memiliki karakter yang kurang baik. Lalu bagaimana cara mengatasinya agar negara indonesia bisa menjadi generasi emas 2045?. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk merubah karakter dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti. Seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Satuan pendidikan sebenarnya memiliki peran dan
kesempatan yang begitu besar dalam pengembangan karakter siswa di sekolah, karena satuan pendidikan merupakan tempat untuk melakukan suatu proses pembelajaran dengan menghabiskan waktu kesehariannya untuk melakukan kegiatan yang positif. Dalam konteks manajemen pembelajaran, hal penting yang dilakukan adalah adanya pengelolaan terhadap sumber daya yang ada di sekolah guna peningkatan kualitas pembelajaran yang merupakan sebagian dari kajian manajemen sekolah. Pengelolaan sumber daya melalui proses diantaranya adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Beberapa fenomena yang menjadi perhatian berkenaan dengan pengembangan karakter siswa dalam
proses belajar mengajar di lingkungan sekolah maupun di kelas sudah ditemukan beberapa fakta, misalnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menyontek, bolos sekolah tanpa ijin, atau acuh terhadap kebersihan di lingkungan sekolah.
Setelah memperhatikan fenomena-fenomena yang
terjadi di kalangan siswa tersebut, dapat diketahui bahwa
karakter tanggung jawab, disiplin dan karakter yang
berakhlak mulia merupakan karakter yang perlu ditanamkan
dan dikembangkan kepada setiap siswa. Pengembangan
akhlak mulia juga berupaya untuk menjamin kelangsungan
hidup bangsa. Karena tidak hanya berfungsi untuk
mengetahui segala hal yang penting tetapi bagaimana cara
menyampaikan kepada siswa agar dapat di apresiasi menjadi
pribadi yang lebih baik.
Menurut Budimansyah (2010:23) karakter adalah cara
berpikir berperilaku dan bertindak yang dimiliki seseorang
dalam melangsungkan kehidupannya. Karakter juga dapat
didefinisikan sebagai nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri
dan terlaksana dalam bentuk perilaku. Karakter juga cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
diperbuat.
Pendidikan karakter jelas berbeda dengan pelajaran
yang lain, karena harapan hasil dan implementasi dari
pendidikan ini tiada lain siswa memiliki intregritas yang
tinggi, artinya ucapan dan perbuatannya sama, hasilnya dapat
7
dilihat dari ketercapaian siswa dalam kehidupan sehari-hari
(habituation).
Pendidikan karakter juga pada umumnya tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai agama karena batasan antara
karakter yang baik dan karakter yang buruk dalam agama
islam itu ditentukan oleh pertimbangan akal maupun wahyu,
oleh karena itu pendidikan karakter dapat dikatakan memiliki
kaitan yang erat dengan kajian pendidikan Islam.
Pendidikan Karakter perlu sebuah strategi agar mudah
diterima oleh para siswa, menjadikan materi tarapan dalam
kehidupan dan manajemen tertentu karena proses mulai dari
perencanaan pengorgaisasian pelaksanaan dan evaluasi
pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu
kesatuan pendidik yang diterapkan dalam kurikulum melalui
program pengembangan diri, pengintegrasian ke dalam
semua pelajaran, pengintegrasian ke dalam intra dan
ekstrakulikuler dan pembiasaan, hal ini sesuai pendapat dari
Mulyasa (2004:48) secara umum manajemen pendidikan
adalah suatu proses pengembangan kegiatan kerja sama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Proses pengembangan kegiatan tersebut
mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan sebagai suatu proses untuk mewujudkan visi
menjadi aksi.
Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan
Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia
dan masyarakat Indonesia yang beragama, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter tidak saja merupakan tuntutan
undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi juga oleh
agama. Setiap Agama mengajarkan karakter atau akhlak pada
pemeluknya. Dalam Islam, akhlak merupakan salah satu dari
tiga kerangka dasar ajarannya yang memiliki kedudukan yang
sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya, yaitu
aqidah dan syariah. Menurut Imam Al-Ghazali Akhlak adalah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dari sifat
itu timbul perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dalam khazanah
perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara
maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata
ini sering disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata
krama, atau sopan santun.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler, proses
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan
oleh kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan secara
bersama-sama sebagai suatu kesatuan pendidik yang
diterapkan dalam kurikulum melalui program pengembangan
diri, pengintegrasian ke dalam semua pelajaran,
pengintegrasian ke dalam intra dan ekstrakulikuler dan
pembiasaan. Pendidikan karakter juga harus ditumbuhkan
lewat kebiasaan kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah
melalui budaya sekolah (school culture) yang merupakan
kunci dari keberhasilan pendidikan karakter itu sendiri. SMA
merupakan lembaga pendidikan yang menanamkan dan
mengembangkan karakter dalam setiap kegiatan sekolahnya.
Visi sekolah SMA yang direalisasikan dengan misi yang
tepat tentunya akan menjadikan siswa tumbuh berkembang
sesuai dengan yang diharapkan yaitu menjadi siswa yang
berakhlak mulia, berprestasi dan unggul di segala bidang.
Pendidikan yang diterapkan dikedua sekolah ini berbeda ada
yang berbentuk yayasan dan ada yang didirikan oleh
pemerintah, akan tetapi keduanya menerapkan perpaduan
antara pengetahuan, sikap, dan perilaku berlandaskan islami
yang sesuai karakter bangsa yang dapat menumbuhkan nilai
religius, jujur, disiplin, kreatif, kerja keras, mandiri, serta
bertanggung jawab.
Sebagai bentuk usaha yang dilakukan kedua sekolah
tersebut dalam mewujudkan visi dan misinya sekolah
memberlakukan beberapa peraturan pembiasaan yang
terwujud dalam budaya sekolah. Misalnya dalam kegiatan
kerohanian, saling menghormati, bersikap sopan dan santun.
Selama siswa menempuh proses pendidikan mereka pasti
10
dibina, dibimbing, dan dibiasakan untuk memiliki sifat yang
berakhlak mulia. Usaha yang dilakukan dengan menerapkan
pembiasaan yang pada akhirnya membentuk karakter siswa
yang berakhlak mulia.
Selain melakukan pembiasaan pengembangan
karakter yang terwujud dalam budaya sekolah, kedua sekolah
ini juga membimbing agar siswa mengasah. dalam bidang
akademik, serta membantu siswa menemukan potensi yang
belum diketahui. SMA tentunya harus memiliki sarana dan
prasarana belajar yang modern, ini dilakukan sebagai bentuk
kepedulian sekolah untuk mempersiapkan siswanya yang
bukan hanya cerdas secara emosional, mahir dalam
bidangnya akan tetapi juga cerdas secara intelektual sehingga
memiliki kemampuan yang berkompetensi di dunia global.
Masalah pendidikan karakter merupakan kajian yang
cukup luas, baik itu pengembangan karakter maupun sebuah
pengembangan karakter itu sendiri. Melihat begitu luasnya
bidang kajian karakter, maka peneliti membatasi masalah ini
dengan memfokuskan diri pada masalah akhlak mulia. Dalam
buku ini, penulis bermaksud untuk menemukan fakta-fakta di
lapangan mengenai pengembangan karakter siswa serta
tindak lanjut sebagai pengembangan dari pengembangan
karakter siswa khusunya dalam pengembangan akhlak mulia.