Dr. H. Iqbal Firdausi, S.P. ,M.Si CBV
MONOGRAF
Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang tidak asing lagi di masyarakat, karena bank menyediakan
berbagai jasa pelayanan keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bank merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian. Hal ini karena dalam aktifitasnya, bank memiliki tiga kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dalam bentuk tabungan, menyalurkan dana dalam bentuk kredit dan memberikan jasa bank lainnya. Kasmir (2012:13), kegiatan pokok perbankan
adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Maksud dari menyalurkan dana adalah perbankan akan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah Lending. Bentuk kredit yang diberikan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan suku bunga pinjaman bank persero dari jenis penggunaannya selama 15 tahun menunjukkan pergerakan pertumbuhan yang berbeda di setiap tahunnya (gambar 1.1).Pada tahun 2014 pertumbuhan kedit investasi (KI) naik sebesar 11,24% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,39%, kredit konsumsi (KK) naik sebesar 12,16% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,92% dan kredit modal kerja (KMK) naik sebesar 12,32% lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 11,79%.
Keuntungan utama perbankan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan
dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan Keuntungan selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Dimana keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya kondisi perkembangan berbagai jenis tingkat suku bunga yang ditawarkan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perbankan. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan berdampak pada kinerja keuangan perbankan. Jika bank meningkatkan
tingkat suku bunga dalam penyaluran kredit dan apabila dalam penyalurannya tidak efisien maka hal ini bisa
menimbulkan kredit macet atau non performing loan (NPL)
Tingginya NPL menyebabkan tingginya biaya operasional bank yang kemudian berpotensi menurunkan
laba bank yang dapat diukur dengan return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM). Hal ini tentu akan
berdampak pada kurangnya kemampuan bank untuk meningkatkan modalnya yang dicerminkan melalui capital adequacy ratio (CAR). Tinggi rendahnya tingkat suku bunga juga akan berpengaruh terhadap komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI)
memperlihatkan kredit perbankan tumbuh melambat menjadi 11,6% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 21,6% sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. Sedangkan berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, profitabilitas dan efisiensi perbankan pada bank persero meningkat yang tercermin pada rasio Return On Asset (ROA) tahun 2014 sebesar 3,69% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 3,67%. Akan tetapi, rasio Net Interest Margin (NIM) turun sebesar 5,13% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 5,77%. Di tengah kondisi seperti ini, ketahanan perbankan nasional tetap meningkat. Hal ini tercermin dari modal bank persero pada tahun 2014 yang meningkat menjadiRp. 226.675 milyardibandingkan dengan tahun 2013 sebesarRp. 192.073 milyar..
Faktor fundamental makro merupakan faktor fundamental negara yang disebut juga faktor eksternal
perusahaan. Faktor ini sangat luas cakupannya seperti faktor ekonomi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi perekonomian dengansemakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara).